Mengenal Diri.....(Who am I ?)


By : Vika Pravesti*

Senin, 10 Oktober 2011_20.45 WIB. 

Alhamdulillah, Allah mengizinkan kami malam itu, untuk men-charge ruhiyah kembali bersama Ustadz Basuki A.R di salah satu sudut ruang API. Meski hawa mengantuk sudah menyapa karena aktivitas semenjak pagi yang terlewati, namun moment berharga ini tak boleh terlewati karena taman ini adalah taman syurga dunia yang lebih indah, lebih semerbak, dan lebih mempesona dibandingkan dengan segala pesona keindahan dunia.

Sebuah ungkapan pembuka beliau(Ustdz. Basuki_Red)  sampaikan untuk mengawali kajian kami “Ya Allah, Engkau lebih mengenali diriku, daripada aku mengenal diriku sendiri”. Sebuah ungkapan yang begitu mendalam untuk membimbing kita mengenal hakikat diri kita. Diri: seberapa besarkah kita mengenalnya, seberapa tau kita tentangnya walaupun materi “Who am I” mungkin telah berulang kali telah kita dapatkan di berbagai acara training, namun materi ini tak pernah membuat kami bosan, karena selalu ada hal yang lebih ketika beliau menyampaikan kembali materi ini.

“Aku ini siapa??” beliau bertanya kepada kami untuk mengenali diri, bermacam-macam jawaban yang kami sampaikan, mulai dari nama kami, hakikat kami sebagai hamba-Nya, orang tua kami, sifat kami, asal kami, dsb. Beliau kembali bertanya “jika kalian menjawab diri kalian adalah yang kalian maksud, apakah hal itu sudah menjabarkan tentang diri kalian seluruhnya?, perumpamaan sebuah motor yang telah diciptakan, siapakah yang detail mengetahui segala bagian yang terdapat pada motor tersebut? pasti Penciptanyalah yang lebih detail tau segala hal yang dia ciptakan, perumpamaan motor tadi sama dengan hakikat kita, yang lebih tau mengenai diri kita hanya Allah SWT sang Pencipta kita, nah sejatinya siapakah diri kita?” ungkapnya.
who am i ?

Beliau menunjukkan tangannya dan mengatakan, “jika ini tanganku, apakah aku tangan?” Kami menjawab bukan, kemudian beliau bertanya “jika ini tubuhku, apa aku ini tubuh?” Kami menjawab bukan, kemudian beliau bertanya kembali “jika itu motorku, itu rumahku, itu laptopku, apakah aku itu semua?”  Kami serempak kembali menjawab bukan, “lalu manakah AKU yang sebenarnya? Hakikat AKU yang sebenarnya adalah Ruh yang menyatu dengan Jiwa. Ruh adalah Dzat kehidupan manusia yang dengannya tubuh dan seluruh komponennya dapat bergerak atas izin Allah, sedangkan Jiwa adalah sifat yang dibawa oleh Ruh dengan berbagai potensi Fujur (jalan kebatilan) dan Takwa (jalan kebenaran). Potensi yang diberikan Allah dengan segala kebaikan dan kekurangnya, selayaknya semakin menjadikan kita sadar bahwa segala hal yang ada pada diri kita hanya Dia yang paling mengetahuinya,sehingga ungkapan “Ya Allah, Engkau lebih mengenali diriku, daripada aku mengenal diriku sendiri” mengandung konsekuensi pada diri kita mengenai 3 hal, yaitu :
*      Kita harus mengenal diri kita seperti Allah mengenal diri kita
Dalam Al-Quran Allah telah banyak menjelaskan tentang diri kita misalnya “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir” (QS.Al-Ma’aarij : 19); “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) ... “(QS. Al-Imran : 17) dan sebagainya, banyak sekali dalam Al-Qur’an Allah mengenalkan potensi yang kita miliki sebagai manusia. Selain itu 99 Asma’ul Husna yang Allah miliki juga selayaknya kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, karena selain sebagai hamba(pelayan)-Nya kita juga mempunyai amanah sebagai khalifah (pemimpin_wakil Allah dibumi ini).

*      Kenalilah Allah seperti Allah mengenalkan diri-Nya pada kita
Parameter yang kita gunakan untuk mengenal Allah adalah parameter keimanan yang kita miliki, jangan pernah mengenali Allah seperti apa yang kita kenali, tetapi gunakan parameter keimanan kita untuk mengenal Allah seperti Dia memperkenalkan diri-Nya kepada kita. 99 Asma’ul Husna yang Allah kenalkan kepada kita adalah hal yang harus kita yakini, jika Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Ar-Rahman mana kita harus yakin bahwa Allah Maha Penyayang terhadap kita, jika Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Allim maka kita harus yakin bahwa Alah Maha mengetahui segala hal yang tidak kita ketahui.

*      Menyatulah apa yang kita kenali dari diri kita dengan apa yang Allah kehendaki kepada diri kita
Konklusi (kesimpulan) dari dua hal diatas saat kita sudah yakin mengungkapkan bahwa Allah lebih mengenali diri kita, daripada kita mengenal diri kita sendiri adalah kita harus senantiasa menyesuaikan kehendak Allah kepada kita, caranya adalah dengan melaksanakan semua ketaatan-ketaatan yang Allah perintahkan kepada kita, karena sesungguhnya Allah tidak ingin menghendaki kesusahan pada diri kita. Segala hal yang terjadi adalah bahasa Allah yang harus kita fahami, lalu peka-kah kita pada bahasa-Nya yang tersirat pada setiap kehidupan kita??...

Kenalilah dirimu, karena dengan mengenalnya kita akan tau, untuk apa Dia menciptakan kita, kenapa ungkapan keluh kesah itu masih terucap pada diri kita, kenapa rasa takut itu masih membayangi diri kita??,,,kenali diri karena barangsiapa dia mengenal dirinya maka dia akan mengenal Rabb-Nya. Wallahu’alam bishawab

Special notes for Mb Nur Hasanah yang telah kembali ke Lampung,,,kami merindukanmu mb, semoga Allah mengizinkan kita bertemu kembali ^_^

*Penulis adalah hamba Allah yang mencoba untuk tetap istiqomah menegakkan kebenaran lewat tindakan dan tulisan

Yogyakarta, 10 Oktober 2011_23:48 WIB
@Asrama API

1 komentar:

  1. Play Free 카지노사이트 Casino Slots Offline > 2021 > Obtain Free Slot Games

    Your favourite Vegas on line casino slots and top on line casino video games are proper right here

    BalasHapus