Sejenak Me-refreshkan Diri








Bismillah,,,

Sahabat…

Tak dapat dihindari kesedihan, ujian, cobaan yang membuat kita takut, cemas dan menyiutkan nyali terkadang mewarnai perjalanan kehidupan kita.

Pada saat itu aku ingin mengajakmu kembali sejenak ke dunia kanak-kanak kita.

Dunia yang menakjubkan, dunia yang dipenuhi dengan beragam warna dan corak nuansa.

Dunia yang kita pandang bahwa setiap hal yang baru itu penuh dengan keajaiban.

Dunia yang kita lakoni dengan penuh kegembiraan (tanpa beban).

Sahabat….

Dunia kanak-kanak kita belum hilang.

Dia masih tersimpan di memory kita.

Saat itu kita memandang bahwa hidup ini adalah kehidupan yang penuh dengan keceriaan.

Kita menjalaninya dengan penuh suka cita

Kita tak pernah takut mencoba dan tak pernah gentar dalam memahami arti kesalahan.

Sahabat…

Jika saat ini kau merasa sedih, dilanda ujian dan sedang mengalami cobaan

Aku ingin mengajakmu kembali ke dunia kanak-kanak kita

Dunia yang masih tersimpan di memory kita

Sejenak kita kembali ke dunia kanak-kanak kita

Pejamkan matamu dan ikutlah bersamaku

Ku ajak engkau berpikir bebas menerabas batas

Ku ajak engkau berpikir merdeka menembus khayalan

Ke dunia kanak-kanak kita, dunia yang menakjubkan,,,

Me-Refreskan diri sejenak

Dari amanah2 yang terembankan di pundak

Bukan berhenti, tetapi mencoba untuk memulihkan semangat

Dipuncak titik kejenuahan

@ Juni’10

“SUNGGUH, PERTOLONGAN ALLAH ITU AMAT DEKAT”

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqarah : 214)

Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah SWT. mungkin ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal terbaik yang sebaiknya kita lakukan adalah senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan keridhaanNya. Bukan keluhan yang terucap, sebab hanya orang-orang yang tidak beriman yang putus asa akan adanya sebuah harapan. Seperti kisah kaum muslimin ketika menjalani perang Khandaq dalam ayat 214 surat Al Baqarah di atas. Dalam kondisi paling kritis pun, seorang muslim tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap Allah, apalagi mengeluh terhadap kondisi yang berlaku. Sungguh pertolongan Allah amat dekat!

Pagi itu Ahad, tanggal 28 Maret 2010 Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) sebuah organisasi kampus yang ku ikuti mengadakan sebuah kegiatan “Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)” bagi mahasiswa program studi sebagai salah satu upaya mendidik calon-calon pemimpin organisasi kemahasiswaan intra kampus. Sebagai panitia kegiatan acara tersebut maka sebuah kewajiban kami sebagai panitia untuk memberikan kontribusi terbaik dalam menyediakan sarana dan prasarana demi terwujudnya tujuan kegiatan yang kami rumuskan. Sie HPT (Humas, Perlengkapan, dan Transportasi) itulah amanah yang ku emban dalam kegiatan tersebut.

Materi pertama berlangsung kurang begitu baik, adanya miss komunikasi dengan pemateri menyebabkan salah satu media (kertas plano) yang digunakan untuk kegiatan tersebut kurang dan harus dipenuhi segera sebelum acara diskusi kelompok dimulai. Aku mengajak Ayu’ (salah seorang panitia kegiatan) untuk pergi membeli kertas plano tersebut, tempatnya cukup jauh dari kampus kami kurang lebih 10 km. Dengan semangat yang tinggi aku meminjam motor Yunita seorang teman panitia yang lain (maklum aku belum mempunyai motor, walaupun SIM C sudah ditangan) tak lupa STNK-nya pun ku minta.

Pada saat pergi sengaja aku tidak membawa tas (hal ini melanggar pesan ibu’ bahwa kemanapun aku pergi beliau selalu berpesan untuk selalu membawa tas, harapannya agar barang-barang yang ku bawa dapat tersimpan dengan baik), hanya sebuah dompet yang ku bawa dan ku percayakan untuk dibawa Ayu’, kebetulan baju gamisnya berkantong. Setelah sampai disebuah toko yang dituju kami segera mencari kertas plano yang kami butuhkan, Alhamdulillah kami segera mendapatkannya. Setelah melakukan transaksi dikasir kami segera meninggalkan toko tersebut untuk segera kembali kekampus.

Ditengah perjalanan, tepatnya disebuah perlintasan kereta api kami berhenti karena sebuah kereta api melintas, pada saat itu Ayu’ memberitahuku bahwa dompet yang aku titipkan kepadanya tidak ada. Tenang, kucoba untuk mengelola hati ini dengan baik, ku paksa otakku untuk berpikir positif, mungkin terjatuh sewaktu membayar parkir tadi begitu hibur hatiku pada diriku sendiri, akhirnya kami sepakat untuk kembali ke toko tempat kami membeli kertas.

Ku putar arah motor untuk kembali ke toko yang tadi kami datangi, kuperlambat laju motor yang kami kendarai, sepanjang perjalanan tak luput kami memperhatikan setiap jengkal jalan yang kami lalui, berharap dompetku masih tergeletak di sebuah tempat. “Rabb, izinkan hamba untuk cerdas hati mengambil ibrah dari kejadian yang Engkau timpakan kepada hamba” do’aku,,,

Sampai ditoko tempat kami membeli kertas tadi, kami menemui bapak penjaga parkir, siapa tau beliau melihat dompetku jatuh disekitar area parkir, pikir kami, tetapi beliau mengatakan bahwa beliau tidak melihat dompet disekitar area parkir. Akhirnya kami kembali (pulang), kegundahan mulai hadir dihatiku, semua surat-surat pentingku ada dalam dompet itu; SIM, STNK Yunita, KTP, KTM, ATM, beberapa kartu nama dan surat-surat berharga lain ada didalamnya. Kebetulan dompetku tidak berisi uang, uang lima puluh ribu yang menghuni dompetku, kemarin sore dipinjam seorang teman kost untuk ongkos pulang kerumahnya, dan aku belum sempat mengambil uang lagi karena kesibukanku mempersiapkan acara LDK.

Tak luput kami tetap memperhatikan jalan yang kami lalui, berharap dompet coklat itu menantikan kami untuk memungutnya, tetapi harapan itu terlalu kecil jalan raya yang kami lalui cukup ramai. “Yogyakarta apakah mungkin dikota ini dompet kecilku bisa ditemukan?” tanyaku pada diriku “Insyaallah bisa, bukankah Allah yang mengenggam dunia ini, jika Dia menghendaki dompet itu kembali ke tanganku, apa yang sulit bagi-Nya?” jawab hatiku. Sebelum sampai di perlintasan kereta api kami akhinya memutuskan untuk melapor ke polisi.

Tiba di sebuah Pos Jaga yang berada di pertigaan jalan raya kami mendatangi Polisi yang bertugas saat itu, kami melaporkan kejadian yang kami alami.

“Pengaduan kehilangan langsung ke Polsek mbak” begitulah saran yang diberikan setelah mendengar laporan kami. Setelah mendapatkan penjelasan letak Polsek yang harus kami datangi, segera kupacu kuda roda dua milik temanku bersama Ayu’ ke sebuah tempat yang telah ditunjukkan. “Sabar ya Vik” ucap Ayu’ menguatkanku, dia melihat perubahan yang terjadi padaku.

Sampai dipolsek yang kami tuju, kami segera melaporkan kejadian yang kami alami kepada seorang polisi.

“bagaimana pak, apakah dompet saya bisa di temukan?” tanyaku penuh harap

“kemungkinan kecil mbak” begitu jawab polisi tersebut

Terkejut aku mendengar hal itu, hmmm mengapa polisi ini tidak memberi ketenangan, apakah dia tidak mengetahui psikologis orang yang sedang kehilangan benda yang penting baginya (ucapku dalam hati). Tak sadar air mataku mulai jatuh, bagaimana nanti aku mempertanggungjawabkan hal ini pada orangtuaku?, Ayu’ melihatku menangis, rasa bersalahnya semakin bertambah

“maafkan aku vik” ucapnya

“gak papa, aku hanya bingung bagaimana memberitahu orangtuaku nanti” jawabku

“biar aku saja yang bilang, ini salahku”

“jangan, kamu gak salah, aku yang salah, ibu’ku selalu berpesan jika aku pergi, aku diminta untuk membawa tas sebagi tempat dompet, tetapi aku melanggar pesan beliau” ungkapku.

Kucoba menata hati ini, ketarik nafas dalam-dalam untuk menenangkannya, Rabb bantu hamba, untuk segera terlepas dari kegundahan ini pintaku dalam hati. Polisi yang menerima laporan kami hanya menanyakan bebarapa hal yang berkaitan dengan STNK motor, ya hanya benda itu yang dapat diperjuangkan untuk dibuat kembali dalam waktu dekat, surat-surat yang lain, hanya dapat diselesaikan dikota asalku. Karena motor yang kami pakai adalah motor teman, kami tidak dapat memberikan keterangan yang polisi inginkan terkait dengan STNK tersebut. Akhirnya kami kembali kekampus untuk meminta informasi mengenai STNK kepada Yunita, dan kembali lagi ke polsek setelah mendapatkan informasi tersebut.

Tiba di kampus, segera kami menuju ruangan tempat acara LDK berlangsung, segera kami mencari Yunita dan menjelaskan kejadian yang terjadi pada kami. Yunita memaafkan kami dan menerima kejadian ini dengan ikhlas, tetapi dia belum bisa memberikan informasi yang kami perlukan, karena surat-surat motornya ada dirumahnya, “Insayallah nanti aku sms kalian” ujar Yunita.

Setelah memberikan penjelasan kepada Yunita, aku pulang kekost untuk mengambil buku tabunganku. Sampai dikost aku menelpon Call Center Bank tempat aku menabung dan segera memblokir ATM-ku. Setelah semua selesai aku kembali kekampus. Raut mukaku mungkin berubah, tetapi aku berusaha menyembunyikan semua yang terjadi, masih ada amanah yang harus aku selesaikan, menjadi moderator untuk materi terakhir acara LDK, aku harus semangat ujarku menyemangati diriku sendiri.

Sebagian teman-teman yang mengetahui kejadian yang terjadi kepadaku memberi support, terimakasih teman-teman, kalianlah saudara-saudara terbaik. Alhamdulillah akhirnya, kuselesaikan amanahku menjadi moderator dimateri terakhir dengan baik. Acara LDK berakhir, dan berlanjut ke acara “evaluasi kegiatan” dengan teman-teman panitia.

Alhamdulillah, akhirnya tiba dikost. Adzan maghrib berkumandang bertepatan dengan selesainya aku membersihkan diri. Waktu mustajab diantara adzan dan iqomat ku manfaatkan dengan memanjatkan do’a kepada-Nya (kebetulan saat itu aku tidak shalat). “Rabb sesungguhnya Engau Maha Mengetahui bahwa diri ini begitu lemah, Engkau mencoba menjadikan hamba insan yang kuat dengan cobaan ini, Ya Allah Engkaulah pengenggam alam semesta ini, saat ini Engkau tahu dimana letak dompet yang Engkau amanahkan kepada hamba, jika Engkau masih berkenan dompet itu kembali ke tangan hamba, hamba mohon ya Rabb, semoga ada tangan terbaik yang mengembalikannya, tetapi jika tidak maka hamba yakin Engkau akan menggantinya dengan dompet yang lebih baik, bantulah hamba untuk mempertanggungjawabkan hal ini kepada orangtua hamba” Amiin,,,,Insyaallah jika halal pasti kembali” ku teringat artikel yang pernah aku baca.

Nada sms handphoneku sedikit mengejutkanku, “pasti dari ibu” pikirku, dan dugaanku tepat, seperti biasa ibu menanyakan keadaanku.

Bismillah,,,ku yakinkan diri untuk memberitahu ibu,,,aku menelponnya.

“Assalamu’alaikum” sapa hangat ibu dari ujung telephone

“Wa’alaikumsalam” jawabku

“giman nduk, sehat sajakan?”

“Iya buk, Alhamdulillah vika sehat, tapi vika ada masalah” ujarku to the point

“ada apa?” Tanya ibu’

“Dompet vika hilang, jatuh sewaktu tadi pergi…(bla, bla, bla)”ungkapku bercerita pada ibu’.

Panjang lebar aku menceritakan kejadian yang aku alami pada ibu, aku tidak sadar bahwa kalimat yang ku gunakan untuk menyampaikan hal ini kurang tepat dan aku tidak mempertimbangkan situasi dan kondisi saat itu. Aku lupa bahwa Ibu mudah cemas mendengar hal-hal kurang baik yang terjadi pada anaknya, saat ia jauh dari sisinya. “ maafkan vika buk, vika nggak bisa menjaga amanah ibu” ujarku

“Itu peringatan, agar kamu lebih berhati-hati” tegas ibu, menasehatiku. Setelah ibu memberikan beberapa solusi, pembicaraan kami berakhir. “insyaallah jika dompet itu masih menjadi hakmu, akan kembali” begitu pesan ibu yang terus teringat di memoryku tes, tes, tes,,, air mata itu tak terbendung aku merasa bersalah kepada ibu. Ku flashback kembali kejadian yang terjadi padaku hari ini, begitu singkat, Rabb, apakah ini suatu terguran atas kelalaianku beberapa hari ini yang sedikit menjauh darimu,,, muhasabahku belum berakhir, saat kantuk itu menyerangku dan melelapkanku.

Kumandang adzan subuh membangunkanku, ku paksa diriku untuk tersenyum “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” azamku. Setelah membersihkan diri dan membaca do’a dan dzikir pagi kupersiapkan buku-buku kuliahku. Suara sms dari handphoneku terus berdering, untaian kata-kata simpati dan motivasi mengalir dari beberapa sahabatku. Nasehat dari teman-teman kostpun terus mengalir, indahnya ukhuwah ini.” Saat Allah mengambil salah satu kenikmatan yang ada pada kita, masih banyak kenikmatan lain yang Allah anugerahkan kepada kita” pesan salah satu mbak kostku.

Jam delapan pagi, sebuah sms kembali hadir memecah kesendirianku, nia (teman kostku) memberitahuku bahwa dompetku ditemukan, keterangan lengkap datang saja ke Pak Agus (Salah satu Staff TU Fakultas), begitu pesan pendeknya menginformasikan. Subhanallah, Alhamdulillahirabbil’alamin,,,do’a itu terjawab, ku bersujud syukur dengan limpahan nikmat ini, ku beritahu Ayu mengenai hal ini, dan segera kami bersiap untuk kekampus.

Sampai di kampus, segera kami temui Pak Agus untuk mendapatkan kejelasan informasi mengenai keberadaan dompetku. “Tadi ada seorang polisi yang telephone ke TU dan menginformasikan bahwa beliau menemukan sebuah dompet atas nama Vika P, mahasiswa Pendidikan Matematika, baru saja mau saya umumkan mbak” begitu Pak Agus menjelaskan “silahkan hubungi no ini mbak, dompet mbak ada di beliau” lanjut Pak Agus dengan memberikan secarik kertas berisi nomer handphone atas nama Bapak Sukamsi, “terimakasih pak” ucap kami mengakhiri pembicaraan.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,,,,”Ya Allah nikmat yang mana lagi yang akan hamba dustai?” ungkapku dalam hati, segera ku hubungi Bapak Sukamsi untuk megkonfirmasi kebenaran penemuan dompet tersebut. Setelah berbincang-bincang kami sepakat untuk bertemu di Kelurahan Terban. Segera kupacu kuda roda dua bersama Ayu untuk bertemu dengan Pak Sukamsi.

Alhamdulillah setelah sempat nyasar di beberapa tempat, akhirnya kami menemukan Kelurahan Terban, segera kami temui Pak Sukamsi, dan setelah melakukan proses serah terima aku dan Ayu pulang. Hati ini begitu bahagia, dompet coklat itu kembali lengkap dengan semua isinya, tidak berkurang suatu apapun. Terimakasih Pak Sukamsi, lewat tangan anda Allah mengizinkan dompet coklatku kembali, semoga Allah yang membalas semua jasa-jasa anda. Dan segera ku telephone Ibu untuk memberitahukan berita ini, “Alhamdulillah nduk, Dompet itu masih rezeki kamu, lain kali harus lebih hati-hati menjaga amanah.” Begitu pesan Ibu. Tak lupa teman-temanku juga kuberitahu atas kabar bahagia ini.

Rabb,,,

Sesungguhnya peristiwa ini memberikan berbagai pelajaran untuk hamba,,

Di dalam kehidupan ini Sabar dan Syukur selalu berpasangan,,,

Dan sungguh, pertolongan-Mu begitu dekat,,,,

Maka nikmat yang mana lagi yang akan hamba dustai???

Setelah segala nikmat ini Engkau Berikan???

Peristiwa ini adalah peringatan-Mu untuk hamba,,,

Untuk lebihmendekat kepada-Mu,,,,

Sungguh Artikel yang pernah aku baca

Kini menjadi kisahku sendiri,,,,

Jika Halal, Insyaallah Pasti Kembali

Ibu maafkan anakmu yang lalai untuk menaati nasehat kebaikanmu

Aku berjanji untuk tidak mengulanginya kembali

Dan Allah menjadi saksi,,,,,

Memory @ Yogyakarta, 29 Maret 2010