Khilaf, Benci dan Cinta


Seorang kawan dalam do’a dan salamnya
Diberlalunya seperempat abad usiaku
Kembali mengenangkanku sebuah kaidah
“bencilah kesalahannya tapi jangan kau benci orangnya”

Betulkah aku sudah mampu begitu
pada saudaraku, pada keluargaku,
pada kekasih yang kucintai?
Saat mereka terkhilaf dan disergap malu
betulkah kemaafanku telah tertakdir
mengiringi takdir kesalahan mereka?