Da’i itu hendaknya seperti kipas angin,
Terus berputar dalam lingkaran yang sama..
Kehadirannya membawa kenyamanan,
Terus berputar dalam lingkaran yang sama..
Kehadirannya membawa kenyamanan,
Pergerakannya berbuah kesejukan,
Bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya.....(Catur Setyo Nugroho)
Bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya.....(Catur Setyo Nugroho)
Terkadang, sebuah kebosanan merasuk pada
diri seorang da’i, dia merasa bosan dan lelah akan jalan hidupnya, yang “hanya”
tercurahkan untuk dakwahnya. Berkutat untuk hal-hal serupa, layaknya kipas
angin yang hanya bergerak dan berputar dalam lingkaran yang sama. Ada sebuah
keinginan untuk pergi sementara waktu, meletakkan beban amanahnya mencari
sebuah ‘energi’ baru yang akan memberikannya kekuatan untuk bergerak kembali.
Dalam titik batas bawah semangatnya tersebut,
seorang da’i hendaknya ber-muhasabah,
mengevaluasi perputaran aktivitasnya selama ini, apakah nutrisi ruhiyahnya
sebanding dengan aktivitas amaliyahnya selama ini, lebih banyak atau lebih
sedikit?. Hendaknya dia bertanya pada dirinya mungkin ada yang salah dengan
cara dakwahnya, bila pergerakan amalnya selama ini membuat kegerahan, sesak dan
kepanasan bagi orang-orang disekitarnya, mungkin juga ada yang keliru dengan
metode dakwahnya, maka tanyakan kepada hatimu wahai da’i, renungkanlah! Adakah
yang salah dengan niatmu, atau adakah energi lain yang membuatmu berlari
kencang, selain karena-Nya.